Sabtu, 30 November 2013

Beasiswa Dataprint

Data print yang selama ini kita kenal sebagai produk printing seperti tinta, kertas dan sebagainya. Kini sudah mulai konsisten memberikan beasiswa untuk kita sebagai pelajar loh...

berikut ini adalah info yang dikutip dari http://beasiswadataprint.com

Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa. Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.

Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint. Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.

Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada http://beasiswadataprint.com/

Pendaftaran periode 1 : 1 Februari – 30 Juni 2013

Pengumuman : 10 Juli 2013

Pendaftaran periode 2 : 1 Juli – 31 Desember 2013

Pengumuman : 13 Januari 2014

*****

PERATURAN

Persyaratan Umum:

1. Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/S1

2. Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi

3. Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal

4. Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.

5. Penerima beasiswa di periode 2 tahun 2012 tidak dapat menjadi penerima beasiswa di periode 1 tahun 2013.

Peraturan Lomba :

1. Mengisi formulir registrasi di kolom Pendaftaran

2. Satu nomor kupon yang terdapat di dalam produk DataPrint, hanya berlaku untuk satu kali registrasi

3. Pendaftaran tidak dipungut biaya

4. Isilah formulir dengan sebenar-benarnya.

5. Kolom NAMA, diisi dengan nama lengkap

6. Kolom KODE KUPON, diisi dengan kode yang tertera pada bagian belakang kupon yang ada di dalam produk DataPrint

7. Kolom EMAIL, diisi dengan email aktif yang masih berlaku

8. Kolom NO TELPON, diisi dengan no HP atau no telpon rumah yang masih aktif dan bisa dihubungi

9. Kolom JENJANG PENDIDIKAN, diisi dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh saat ini.

Contoh: SMA, D3, S1

10. Kolom NAMA PERGURUAN TINGGI/SEKOLAH, diisi dengan nama sekolah/perguruan tinggi tempat kamu menuntut ilmu.

11. Kolom PRESTASI YANG PERNAH DIRAIH, diisi dengan prestasi dari kompetisi yang pernah diikuti.

12. kolom KEGIATAN YANG PERNAH/SEDANG DIIKUTI, diisi dengan penjabaran partisipasi pendaftar beasiswa DataPrint di unit kegiatan pada lingkungan belajar, lingkungan rumah dan acara-acara khusus (seminar, dll).

Aktivitas berupa kuliah atau belajar di sekolah, tidak termasuk prestasi.

13. Kolom LAMA MENGGUNAKAN DATAPRINT, diisi dengan waktu penggunaan produk DataPrint

14. Kolom MENGETAHUI INFORMASI BEASISWA, diisi dengan narasumber awal yang memberitahu mengenai program beasiwa pendidikan DataPrint

15. Kolom NILAI RAPORT (BAGI PELAJAR dan MAHASISWA BARU), diisi dengan total nilai secara keseluruhan beserta jumlah mata pelajaran pada semester terakhir. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh pelajar atau mahasiswa baru yang belum mempunyai IP.

Contoh: 98 dari 7 mata pelajaran

16. Kolom IPK TERAKHIR (BAGI MAHASIWA), diisi dengan nilai IPK atau jika belum memiliki IPK boleh diisi dengan nilai IP semester terakhir. Tuliskan juga semester yang sedang ditempuh. Ingat, kolom ini hanya diisi oleh mahasiswa, bukan pelajar.

17. Kolom URL BLOG, diisi dengan copy URL blog kamu yang memuat informasi mengenai beasiswa DataPrint. Isi kolom ini jika kamu memiliki blog. Pengisian pada kolom ini akan menambah 1-3 poin pada penilaian.

18. Kolom ESSAY, diisi dengan karya tulis/essay berisi hasil pemikiran kamu sendiri sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Panjang penulisan minimal 100 kata, maksimal 500 kata. Tema akan berubah setiap periode.

Dilarang mengcopy paste tulisan orang lain. Jika bermaksud untuk menyadur atau mengutip tulisan orang lain, tuliskan juga sumbernya.

19. Beasiswa akan dibagi menjadi 2 periode.

20. Jika gagal di periode pertama, peserta BOLEH mendaftarkan diri di periode selanjutnya.

21. Penerima beasiswa yang telah mendapat dana beasiswa di satu periode TIDAK DAPAT menjadi penerima beasiswa di periode selanjutnya.

22. Waktu per periode:

Periode 1: 1 Februari – 30 Juni

Periode 2: 1 Juli – 31 Desember

23. Penerima beasiswa akan diseleksi (bukan diundi) oleh tim dari DataPrint.

24. Panitia tidak menghubungi penerima beasiswa. Nama penerima beasiswa dapat dilihat di website ini, website DataPrint www.dataprint.do.id atau di www.facebook.com/dataprintindonesia . Simpan fotokopi raport terakhir atau IPK terakhir dan kupon sebagai bukti sah verifikasi jika Anda terseleksi sebagai penerima dana beasiswa.

25. Dana beasiswa akan diberikan sekaligus dan secara langsung kepada penerima di periode tersebut.

26. Dana beasiswa akan dikirimkan dalam jangka waktu paling lambat satu bulan setelah pengumuman dan atau setelah selesainya pemberkasan dari para penerima beasiswa.

27. Beasiswa akan ditransfer melalui bank BCA. Bagi penerima beasiswa yang menggunakan rekening bank lain, biaya administrasi sebesar Rp 5.000 ditanggung penerima (beasiswa akan dipotong Rp 5.000).

28. Penerima beasiswa akan diumumkan di website DataPrint www.dataprint.co.id , page Facebook DataPrint www.facebok.com/dataprintindonesia dan www.beasiswadataprint.com Tema Essay dapat dilihat di tab “ESSAY”

Pengumuman dapat dilihat di website DataPrint www.dataprint.co.id , page Facebook DataPrint www.facebook.com/dataprintindonesia dan www.beasiswadataprint.com

Jumat, 29 November 2013

Masjid Raya Ciromed, Kemegahan yang Tak Terperhatikan

Senandung Adzan isa menggema di langit-langit masjid bergaya klasik modern di atas salah satu bukit Desa Kutamandiri. Berduyun-duyun warga memenuhi panggilan tersebut menuju masjid untuk melaksanakan solat isa dan tarawih berjamaah. Ya, masjid ini bernama Masjid Raya Ciromed yang diresmikan pada 22 April 2002 oleh Bupati Sumedang saat itu. Masjid Raya Ciromed, sebuah masjid modern yang berdiri kokoh menjulang di atas bukit. Berada di Desa Kutamandiri, Kecamatan Tanjungsari, Sumedang. Bangunan dinding yang tebal dan berlantai kayu menambah kesejukan suasana masjid. Masjid yang berada di atas area 1400 meter persegi ini terlihat dari kejauhan sangat megah. Sayang, kondisi dindingnya sudah banyak ditumbuhi lumut dan lantainya sebagian telah copot. Terinspirasi dari sebuah merek mobil mahal, masjid ini kemudian sering disebut sebagai Merci. Hal tersebut dikarenakan penganggapan istimewa terhadap Masjid Raya Ciromed ini. Mengingat masjid ini merupakan titik awal pembersihan nama Ciromed. Dari segi sejarah, masjid ini memiliki nilai lebih bagi warga Ciromed. Hal ini disebabkan kondisi Ciromed pada lima belas tahun silam jauh berbeda dengan kondisinya saat ini. Betapa tidak Ciromed saat itu adalah sebuah daerah yang terkenal dengan lokalisasi ilegal. Namun keberadaan Masjid Ciromed cukup memutar arah pandang masyarakat terhadap Masjid Ciromed. “Kalau orang ke Ciromed sekarang enggak malu,”tutur salah seorang pengurus harian Masjid Ciromed, Ade (33th). Kegeraman masyarakat saat itu terhadap para pelaku prostitusi berujung aksi pembakaran. Warga yang geram terhadap praktek haram tersebut, kemudian membakar bangunan sepanjang Ciromed yang biasa digunakan untuk bisnis asusila tersebut. Untuk membersihkan nama Ciromed, Bupati sumedang saat itu, Misbach mengusulkan pembangunan Masjid Ciromed. Hal tersebut dilakukan Bupati sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap masyarakat. Khususnya yang menginginkan Ciromed bersih dari praktek prostitusi. Di samping itu disampaikan oleh Kepala Bagian Sosial Keagamaan pemda Sumedang, Dadang Suparman, hal tersebut merupakan aplikasi visi Sumedang. Yaitu menuju Sumedang yang agamis. “Kebijakan beliau merupakan keberanian untuk mengubah daerah hitam menjadi daerah putih,” ungkap Dadang saat ditemui di Sekda Sumedang (17/7). Pembangunan Masjid Raya Ciromed dimulai sejak tahun 2000. Karena terkendala pendanaan, dua tahun kemudian masjid yang disingkat dengan nama Merci (Mesjid Raya Ciromed) ini baru dapat dirampungkan. Pada tahun yang sama juga diresmikan oleh Bupati Sumedang, Drs. H. Misbach. Sebagai salah satu kebijakan Bupati saat itu, Merci dibangun atas kehendak Pemda. Begitupun dengan pendanaan berdirinya masjid ini yang mencapai angka Rp1,5 Milyar. Demikian halnya dengan operasional masjid yang disokong penuh oleh Pemda, hal ini diakui salah seorang pengurus Merci, Jana. “Kalau dulu di masjid ini punya gaji bulanan, kesejahteraan dijamin. Kalau sekarang ya pengabdian ajah,” kata Jana. Bahkan menurutnya, dulu karyawan di Masjid Raya ciromed mencapai dua belas orang. Seiring berjalannya waktu dan jaminan kesejahteraan yang tidak ada, karyawan memutuskan untuk berhenti. Saat ini hanya ada dua orang pengurus harian yang mengaku tetap bertahan karena faktor pengabdian semata. Sementara itu, banyak jamaah Masjid Raya ciromed yang mengeluhkan kondisi fisiknya. Masjid yang berdiri megah sekalipun bila tidak mendapatkan perawatan yang memadai akan hilang kemegahannya. Demikian halnya dengan Masjid raya Ciromed apabila kondisinya tidak diperhatikan. “Lantainya yang dari kayu sudah pada copot, belum ada perhatian pemerintah,”keluh salah satu jamaah Masjid Raya Ciromed, Eka Amelia. Serupa dengan Eka, Asep salah seorang warga setempat juga menyampaikan harapan yang sama. Baginya Masjid Raya Ciromed merupakan aset berharga di Kabupaten Sumedang. Selain karena arsitek bangunannya yang megah, keberadaannya di atas bukit menjadi sebuah daya tarik yang luar biasa pada masjid ini. “Kalau karena masalah minimnya anggaran, bagaimana caranya agar Masjid Raya Ciromed dipelihara langsung oleh pemerintah seperti Pusdai,”kata Asep. Sementara itu, pengurus harian Masjid Raya Ciromed menyampaikan keinginan untuk tetap membuat masjid ini eksis. Terlebih di bulan Ramadhan ini, bulan penuh berkah dan bulan di mana masjid menjadi tempat pelabuhan setiap muslim. Hanya saja, lagi-lagi terkendala masalah pendanaan. Meskipun demikian, Masjid megah yang memerlukan perawatan lebih ini tetap melakukan aktivitas Ramadhan. Hanya saja diakui Ade memang hanya seadanya penyelenggaraannya. Yakni solat tarawih berjamaah dan tadarus Al-quran. “Kegiatan-kegiatan lain udah vakum karena enggak ada biaya, cuma pengajian rutin setiap selasa sore,”ungkap pengurus yang sudah mengabdi dari awal pendirian Merci. Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, melalui Kepala Bagian Sosial Keagamaan, Dadang Suparman menyatakan bantuan pada masjid hanya berupa hibah. Ia belum dapat memastikan bagaimana kebijakan Bupati terpilih terkait masjid. Hanya saja bantuan tetap diberikan dengan prosedur yang telah ditetapkan. “Bantuan dana berupa hibah itu ada ketentuannya dengan pengajuan proposal,” ungkap Dadang. Sementara menurut pengurus harian, Merci merupakan masjid Pemda yang seharusnya diurus oleh Pemda tanpa harus pengajuan proposal. Dimana kalau lolos verifikasi data, baru dapat diperoleh dananya. “Karena kita ada keterbatasan anggaran, seperti hibah yang tidak boleh diberikan berulang-ulang,”jelas Dadang.

Jumat, 01 November 2013

Masjid Unpad, Masjid Intelektual Bicara Pergerakkan dalam Sekolah Pergerakkan Mahasiswa Indonesia 2013

Sekolah Pergerakkan Mahasiswa Indonesia (SPMI) terdengar keras di telinga sebagian besar mahasiswa. Namun berbeda halnya dengan tanggapan antusias para aktivis mahasiswa yang jumlahnya dapat diitung dengan jari. Pasalnya, acara yang diselenggarakan Bedan Eksekutif Mahasiswa Unpad ini tidak lebih dihadiri dari 35 orang. Apalagi sekolah pergerakkan ini konon bertajuk nasiona, setidaknyal dengan peserta asal Aceh, Riau, Lampung, Pontianak, Solo, Depok, dan Bandung. Pergerakkan, sebuah kata yang identik dengan semangat juang dalam membela keadilan. Sebuah hal yang seakan semakin tabu di tengah-tengah mahasiswa Indonesia pada umumnya. Menciri berbagai karakteristik mahasiswa memang akhirnya jauh dari aksi kepedulian dan bergerak. Saat ini hanya segelintir mahasiswa saja yang terlibat aktif dalam keorganisasian ‘penggerak peradaan’. Di antara mahasiswa yang tak turut, segelintir dari mereka yang study oriente. Selebihnya ‘nge-happy’, nongkrong, karaokean, dan travelling. Hal tersebut jelas dapat jelas terlihat dengan minimnya partisipasi mahasiswa dalam SPMI. Merujuk pergerakkan mahasiswa Indonesia yang mampu nenurunkan rezim otoriter, SPMI mencoba membekali peserta didiknya menjadi tokoh pergerakkan militan. Mulai dari forum grup discusion (FGD) tentang kondisi mahasiswa dan kampus sampai dialog bersama aktivis pergerakkan. Baik pada masanya, maupun mereka yang juga masih aktif sampai saat ini. Sebut saja Hatta, namanya begitu terkenang pada masanya. Namun usia senja tak menyurutkan api semangatnya sebagai pentolan aktivis pergerakkan di masanya. Semangatnya yang masih menyala bersamaan dengan setiap kata yang ia sampaikan dalam materi pembuka Jumat malam (25/10). Hatta yang juga dosen senior psikologi Unpad ditemani Firman dan Arif sebagai pembicara. Diskusi pada malam itu berlangsung cukup panas. Berbicara masalah problematika yang terjadi di Indonesia, mulai dari korupsi sampai pergerakkan yang mulai lesu. Juga bagaimana banyaknya pergerakkan mahasiswa yang digerakkan atas dana ‘sponsor’ pemangku kepentingan. Gambaran yang diberikan menjadikan potret Indonesia semakin buram di mata para peserta SPMI. Kemudian berujung pada pertanyaan sistem atau orangnya. Disebutkan oleh Hatta,orangnyalah yang salah. Muncul pertanyaan yang disampaikan, “Mengingat apa yang disebutkan dosen saya, tidak ada kawan abadi. Yang ada hanyalah kepentingan abadi. Setiap orang memiliki kepentingan, sehingga rawan mereka melakukan kesalahan. Namun bukannya orangnya juga yang membuat sistem, tentunya berlandaskan kepentingan? Sehingga sistem pun pada akhirnya juga salah.” Diskusi dilanjutkan esok harinya dengan pemateri seorang aktivis mahasiswa, Syamsul Maarif. Dalam pemaparannya, ia berbicara masalah manajemen gerakan dalam analisis SWOT. Bagaimana menjadikan kekurangan yang ada dalam diri mahasiswa menjadi kelebihan yang semakin menguatkan pergerakan. Melegalkan penjualan gerakan adalah aksi yang ia suntikkan selanjutnya. Ketika konten apa yang ingin diperjuangkan sesuai dengan partai tertentu misalnya, ia menyebutkan halal saja dilakukan. “Halal secara gerakan, toh tidak mencuri,”katanya. Pertanyaan membucah terkait isu penjualan gerakan. Penjualan gerakan sendiri dapat dilakukan kepada partai, ormas, atau kalangan berkepentingan tertentu hanya untuk mendapatkan dana. Penjualan gerakan semacam ini pada akhirnya semakin mengikis idealisme dan independensi mahasiswa dari praktek politik praktis dan cabangnya. Dengan pengkritisan semacam itu, pembicara memberikan solusi untuk kemandirian para aktivis. Berbicara mengenai gerakkan, sulit dilepaskan dari media. Sebab gerakan seringkali menjadi objek hangat bagi pemberitaan media. Namun faktanya di lapangan justru media pun terkadang berperan mempelopori kerusuhan. Tentu ini demi sudut pandang berita yang lebih menarik. Di luar semua itu, rata-rata mahasiswa dalam melakukan gerakkan tidak memberikan keterangan yang utuh kepada wartawan. Baik itu dalam segi undangan maupun press release yang mereka bagikan. Di samping peran media massa, senarnya mahasiswa juga memiliki peran dalam publikasi gerakkan. Tentunya untuk lebih mendapatkan respon atas aksi yang dilakukan. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan menuliskannya kemudian menyiarkannya sendiri. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari perkembangan media yang dapat diakses siapapun, bahkan gratis. Misalnya facebook, blogger, dan sebagainya. Aksi semacam ini dalam dunia jurnalisme disebut sebagai citizen journalism atau jurnalisme warga. Menuliskan aksi pergerakkan sama halnya dengan menuliskan sejarah masa depan. Terlebih dengan balutan jurnalisme akan memiliki nilai yang cukup tinggi. Hanya saja tentu di sini diperlukan ilmu bagaimana membuat berita yang baik. Inilah pelajaran yang diberikan kepada peserta SPMI dengan menghadirkan Nurjaman Mochtar, pemimpin redaksi Indosiar dan Sctv, serta dosen dan praktisi, Rana Akbari (26/10). Bergerak adalah sebuah respon atas stimulus yang diberikan. Baik berupa stimulus positif maupun negatif. Namun respon akan jauh lebih besar ketika stimulus yang diberikan adalah stimulus negatif. Misalnya adalah terkait hak asasi manusia yang banyak menjadi stimulus negatif bagi sebuah pergerakkan. Di sini dapat pulapergerakkan berperan sebagai upaya advokasi kaum tertindas untuk mendapatkan hak maupun perlindungan. Secara garis besar inilah yang disampaikan Muh. Sidarta dan Heri Aryanto. Bergerak dari Padepokan Madani di Lembang Bandug, peserta SPMI diarak ke Bale Sawala Rektorat Unpad Jatinangor. Launching buku belajar merawat Indonesia yang pula menghadirkan Ahmad Mansyur Suryanegara sebagai salah satu pembicara seolah menebus kekecewaan peserta SPMI. Pasalnya, pembicara-pembicara utama yang dijanjikan panitia tak seperti fakta di lapangan. Tak ada Andrian A. Chaniago, Marwan Batubara, Andi Rahmat, Maruar Sirait, Ridwan Kamil, Hariman Siregar, Fajroel Rahman sebagai pembicara. Dalam kesempatannya, delegasi Masjid Unpad, Masjid Intelektual angkat bicara tentang mahasiswa sebagai insan intelektual. Di mana ia tidak boleh pragmatis dengan solusi tertentu. Mencoba melirik dan mempelajari Islam sebagai pemecah masalah menjadi jalan yang direkomendasikan. Masjid Unpad, Masjid Intelektual juga turut angkat bicara tentang pergerakkan. Sebab Islam mengajarkan banyak hal kepada siapa saja yang mau belajar. Termasuk bagaimana thariqoh penegakkannya yang telah dicontohkan Rasulullah. Hanya Islam-lah pemecah masalah yang akan mengantarkan kehidupan ini diridhoi Allah dan menjadikan peradaban dengan akhlak. ***sk*** Septi Nurdiyanti (Hubungan Antar Lembaga Keputrian LDK DKM Unpad)

Pemuda Bangunlah! Masyarakat Sakit Parah, Jangan Engkau Sekarat

Siapa yang saat ini berhak mendapatkan sebutan pemuda? Bagian dari bangsa Indonesia yang mana? Apakah mereka yang gila seks dan pergaulan bebas, ataukah mereka yang gonta-ganti pacar. Atau mereka yang suka ke labing, atau mungkin mereka yang sering turun ke jalan untuk tawuran. Merekakah yang menggunakan narkoba, atau mereka yang suka balap liar. Pemuda adalah calon pengisi peradaban menggantikan para orang tua sekarang. Di pundak merekalah kewajiban itu dibebankan. Namun betapa bumi pertiwi ini menangis ketika pemudanya tak lagi menaruh perhatian untuk peradaban kelak. Ketika pemudanya tak lagi menggunakan ke-pemudaannya untuk mempersiapkan diri menjadikan peradaban yang lebih baik. Pemuda juga mereka yang dalam rentang usia 19-30 tahun. Di usia-usia inilah masa paling strategis dalam menempa dan memproduksi karya. Sesuatu yang dapat menjadi sejarah dan bermanfaat bagi bumi pertiwi ini. Bahkan bagi kemaslahatan masyarakat peradaban yang saat ini sudah sangat sakit parah. Sayang masa-masa produktif ini oleh sebagian besar pemuda digunakan untuk dirinya sendiri. Untuk kesenangan duniawinya dengan hedonisnya. Dengan aktivitasnya sebagai seorang artis ydan penyanyi. Lebih jauh lagi mereka saat ini lebih tertarik kepada grup band dan drama Korea daripada berbicara tentang politik. Mereka jauh lebih memilih mengikuti kontes-kontes pecarian bakat daripada membangun sebuah karya. Sebab trend pemuda saat ini adalah yang instan-instan saja, daripada berkarya dengan jatuh bangunnya yang melelahkan. Pemuda saat ini hampir tak lagi peduli dengan permasalahan politik. Perpolitikkan di Indonesia sendiri sudah sangat kacau balau. Mulai dari keberadaan mafia hukum, sampai korupsi yang telah mengakar di elit penguasa. Setelah beberapa waktu lalu Lutfi Hasan Ishak tercekal dalam kasus impor daging. Belum lama ini ketua MK, Akil Mochtar ditangkap KPK dalam kasus suap sengketa hasil pilkada. Pemuda sudah terlanjur dibuat muak dengan perpolitikkan bangsa ini. Namun jauh lebih banyak mereka yang memang tidak peduli. Mereka hanya mengikuti arus kehidupan, bersenang-senang tanpa memikirkan masa depan bangsa ini. inilah salah satu bukti pemuda saat ini telah mengalami kemandulan dari tataran perasaan. Mungkin dibandingkan dengan masa reformasi, pemuda dapat dipastikan turun tangan dalam kasus besar semacam ini. Namun apa yang terjadi dengan pemuda saat ini? Sebagian dari mereka justru berujar,LHI tidak bersalah. Ia hanya dipersalahkan dalam kasus tersbut. Padahal bukti keterlibatannya sudah sangat jelas. Melihat seseorang karena keterlibatan dalam partai yang sama dan seolah menutup mata atas bukti yang telah mengarah kepadanya. Apa ini ciri seorang pemuda? Di sisi lain pemuda sibuk dengan kompetisi robot dan teknologi. Termasuk salah satunya adalah siswa SMK di Surakarta dengan mobil SMK-nya. Namun sehebat apapun karya anak bangsa, tanpa perhatian negara akan menjadi nol besar. Buktinya adalah mobil SMK yang hanya tercatat dalam sejarah saja. Justru saat ini Indonesia sedang menunggu banjir mobil murah setelah dihapuskannya bea masuk ke Indonesia sebagai salah satu aksi perdagangan bebas. Pemerintah justru lebih mewadahi barang-barang luar negeri untuk menjajah karya anak negeri. Lalu apa yang sehrusnya bisa pemuda lakukan untuk peradaban yang lebih baik? Tentu jawabannya hanya satu, ganti sistem yang ada saat ini. Sebab sistem demokrasi jelas-jelas memporak-porandakkan keadaan Indonesia. Politik hancur, perekonomian rusak, komersialisasi kesehatan dan pendidikan, agama semakin dicampakkan. Pantas saja pemuda yang terbentuk adalah pemuda yang tak peduli dengan masa depan peradaban. Sudah saatnya pemuda bicara perubahan. Sudah saatnya pemuda bangun dan bergerak memerbaiki mimpi peradaban yang berjaya dengan aturan Islam. Aturan sempurna yang berasaldari Dzat yang mengetahui berapa jumlah rambut dan usia kita. Dzat yang mengetahui benar siapa makhluknya yang penuh keterbatasan itu. Sudah saatnya pemuda berpikir dan bergerak kembali pada Islam yang sempurna. Bukan saatnya lagi pemuda menutup mata dengan sakitnya masyarakat ini. Sudah saatnya pemuda menjalankan tugasnya sebagai agen perubahan. Sudah saatnya Indonesia menggantikan sistem sampai ke akarnya. Sebab jika sistem sekarang tetap dipelihara, sama artinya akan memelihara kerusakan-kerusakan yang ada di segala bidang. Pemuda haruslah menjadi corong perubahan itu dengan segenap kemampuannya. Dengan segenap produktivitasnya yang tinggi. Pemuda haruslah menggunakan akalnya untuk perubahan yang hakiki. Bukan hanya perubahan semu yang parsial. Bukan hanya menangkapi koruptor yang begitu banyak di negeri ini, pemuda haruslah terbuka dan kembali denggan kebenaran Islam. Islam telah mengtatur segala aspek kehidupan,mulai dari hubungan dengan Allah Sang Pencipta, hubungan dengan manusia lain, dan hubungan dengan diri sendiri. Pemuda haruslah sadar dengan kesempurnaan Islam. Bukan lagi saatnya pemuda ditunggangi pemikiran liberal dan kaapitalis. Pemuda muslim utamanya, haruslah percaya diri dengan Islam itu sendiri. Islam yang mengatur aspek pemerintahan, perekonomian, pendidikan, kesehatan, hukum, hubungan luar negeri, dan urusan kesejahteraaan sampai batas individu. Inilah seharusnya karakter pemuda itu: • Firman Allah SWT dalam bait-bait ayat menyebutkan “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua buah lautan; atau aku akan ber¬jalan sampai bertahun-tahun” (QS. Al-Kahfi,18 : 60). • “Mereka berkata: ‘Siapakah yang (berani) melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Se¬sungguhnya dia termasuk orang orang yang zalim, Mereka berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang (berani) mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (QS.Al¬-Anbiya, 21:59-60). • “Kami ceritakan kisah me¬reka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda.pe¬muda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah¬kan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka mengatakan: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, se¬sungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran” (QS. Al-Kahfi,18: 13-14). Pemuda sesungguhnya adalah sosok individu yang visioner, revolusioner, memiliki moralitas dan integritas yang hanya disandarkan atas dasar keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta memperjuangkan suatu kebenaran yang harus diperjuangkan (Islam) untuk membawa kehidupan ini kearah lebih baik dan sempurna yaitu diterapkannya Islam sebagai suatu solusi yang nyata. Karakter pemuda seperti yang disebutkanlah yang mampu membawa ummat ini keluar dari jeratan berbagai problematikan kehidupan. Mereka pula lah yang mampu menjaga dan membela kemuliaan ummat Islam ketika dihinakan. Merekalah yang mampu menegakan “Daulah Khilafah Islamiah” yang merupakan solusi fundamental dari semua problematika kehidupan. Mereka pulalah yang berjuang dengan penuh keikhlasan semata-mata atas seruan iman, bukanlah manfaat dan kepentingan dunia Dan mereka akan banyak terlahir di dalam pendidikan Islam negara berlandaskan Islam secara sempurna. Penerapan Islam akan mengembalikan manusia kepaada fitrahnya. Fitrah sebagai makhluk yang telah diciptakan Allah dan dilengkapi seperangkat aturan yang mengikat. Adapun cara penerapannya tidaklah setengah-setengah, maka haruslah diterapkan secara sempurna. Satu-satunya cara adalah sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkannya. Menghimpun pedukung dengan kesadaran penuh dan keimanan yang kuat. Kemudian gunakan Islam secara sempurna dalam sistem kehidupan, dengan kekuasaan sebuah daulah (negara). Negara berlandaskan Islam secara sempurna akan mampu menjamin ketaqwaan individu dan jamaah, serta kemaslahatan (kesejahteraan) umat secara menyeluruh. Sebab Islam adalah rahmatanlil’alamin. ***Septi Nurdiyanti